DETAIL REKOD
Kembali ke sebelumnya
Kembali ke sebelumnya
Judul | PENDIDIKAN KARAKTER LEWAT SASTRA MULTIKULTURAL LISAN |
Edisi | |
No. Panggil | 490 San p |
ISBN/ISSN | 978-602-8460-31-6 |
Pengarang | Eko Santosa, S.Pd.M.Hum |
Subyek/Subjek | Prosiding Konferensi Internasional Bahasa, Sastra dan Budaya Daerah Indonesia |
Klasifikasi | 490 |
Judul Seri | GMD | Text |
Bahasa | Indonesia |
Penerbit | Departemen Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Pendidikan dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia |
Tahun Terbit | 2015 |
Tempat Terbit | Bandung |
Kolasi | |
Catatan | PENDIDIKAN KARAKTER LEWAT SASTRA MULTIKULTURAL LISAN Oleh: Eko Santosa, S. Pd. M.Hum Email: ekosantosa@ymail.com Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat dan bangsa Indonesia terdiri dari berbagai keanekaragaman sastra budaya, keragaman sosial, kelompok etnis, suku, budaya, agama, aspirasi politik dan lain-lain, sehingga masyarakat dan bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat "multikultural". Pada sisi lain, realitas "multikultural" tersebut berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi kembali "kebudayaan nasional sastra nusantara yang ada di Indonesia sebagai pembangun karakter bangsa" atau “karakter budaya bangsa yang berbhineka” yang dapat menjadi "integrating force" yang dapat mengikat seluruh keragaman etnis, sukubangsa dan budaya tersebut. Konsep “multikulturalisme” yang diartikan para ahli sangat beragam antara satu dengan yang lainnya. Sastra multikultural adalah wajah sastra yang berperangai banyak. Kodisi ini sebuah ujian bagi sastra, apakah mampu bersanding dengan hal-hal lain. Ada dua aspek yang dapat digali dalam konteks sastra multikultural, yaitu: (1) daya tahan sastra untuk hidup bersebelahan dengan bidang lain, seperti kultur sosial, ekonomi, politik, keamanan sebagainya, (2) seberapa jauh kemampuan sastra menggambarkan kehidupan multikulral bangsa yang kompleks. Aspek-aspek kajian tersebut memerlukan metode yang tepat untuk menggalinya. Sampai hari ini, memang belum ada yang menemukan metode khusus pengkajian sastra multikultural. Sastra multikulturalisme adalah sebuah filosofi liberal dari pluralisme budaya demokratis. Multikulturalisme didasarkan pada keyakinan bahwa semua kelompok budaya secara sosial dapat diwujudkan, direpresentasikan, dan dapat hidup berdampingan. Selain itu, diyakini pula bahwa rasisme dapat direduksi oleh penetapan citra positif keanekaragaman etnik dan melalui pengetahuan kebudayaan-kebudayaan lain. Dalam pengertian demikian, berarti metode yang tepat untuk menggali sastra multikultural adalah metode penelitian kualitatif, yang memuat tinjauan: (1) ekologi sastra dan (2) sosiologi sastra. Ekokultural sastra kiranya sebuah tinjauan yang dapat menangkap benang-benang merah sastra dalam hidup berdampingan dengan kultur lain. Ekokultural merupakan cermin demokratisasi pengkajian, yang mengaitkan antara bidang sastra dengan lingkungan. Sastra tidak mungkin lahir tanpa ada lingkungan yang mendukungnya. Lingkungan ekonomi, budaya, politik, ekonomi, dan agama akan besar pengaruhnya terhadap kehidupan sastra. Adapun sosiologi sastra, terutama kajian refleksi, jelas akan menangkap pantulan berbagai kultur yang termuat dalam sastra. Sastra lahir dari kultur masyarakat yang beragam. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pengetahuan kebudayaan-kebudayaan lain itu, tentu saja penting artinya dalam rangka pembukaan ruang interaksi antaretnis, antarsuku bangsa dan antarbudaya. Dari sanalah pemahaman adanya perbedaan budaya dapat ditempatkan dalam posisi yang setara, sehingga dapat diapresiasi masing-masing etnis dan suku bangsa dengan keanekaragamannya. Secara ideologis, multikulturalisme sangat mengagungkan adanya perbedaan budaya yang mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme budaya sebagai sebuah corak kehidupan kemasyarakatan. Pusat perhatian dan titik tekan multikulturalisme adalah pada pemahaman dan kesadaran bahwa individu dan kelompok sosial sejatinya hidup dalam berbagai perbedaan, baik perbedaan ideologi, agama, suku bangsa, maupun budaya. Melalui pemahaman dan kesadaran itu, setiap individu sebagai bagian dari kelompok sosial dan warga suku bangsa akan dapat menempatkan perbedaan budaya dalam kerangka kesetaraan derajat, dan bukan dalam kategori kelompok mayoritas yang mendominasi kelompok minoritas. Kesusastraan sebagai bagian dari kebudayaan, dan secara spesifik sebagai karya yang dihasilkan melalui proses panjang kegelisahan dan pemikiran sastrawannya, tentu saja tidak terlepas dari berbagai persoalan yang dalam konteks multikultural, justru dapat dianggap sebagai representasi salah satu corak kebudayaan. Jadi, ia tidak hanya dapat diperlakukan sebagai dokumen sosial yang menggambarkan corak individu di dalam interaksinya dengan sebuah kelompok masyarakat atau suku bangsa, tetapi juga dapat dimaknai sebagai representasi budaya yang melahirkan, membesarkan, dan melingkarinya. Dengan demikian, karya sastra dapat pula persoalannya ditarik dalam lingkaran cultural studies atau multikulturalisme. Adapun yang disoroti bukanlah teks, melainkan konteks budayanya yang mengagungkan perbedaan-perbedaan dan pluralisme kultural. |
Detil Spesifik | prosiding, 11 hal. |
Gambar Sampul | |
Lampiran | LOADING LIST... |
Ketersediaan | LOADING LIST... |
Kembali ke sebelumnya |