DETAIL REKOD
Kembali ke sebelumnya
Kembali ke sebelumnya
Judul | KARYA SASTRA SEBAGAI MEDIA PEMBANGUN BUDAYA BANGSA |
Edisi | cet.1 november 2012 |
No. Panggil | |
ISBN/ISSN | 978-602-19215-1-7 |
Pengarang | Umi Faizah, M.Pd |
Subyek/Subjek | Karya Sastra dan Media Pembangun Budaya Bangsa |
Klasifikasi | |
Judul Seri | GMD | Makalah Seminar (Prosiding) |
Bahasa | Indonesia |
Penerbit | Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta |
Tahun Terbit | 2012 |
Tempat Terbit | Yogyakarta |
Kolasi | |
Catatan | |
Detil Spesifik | Abstrak:Para sastrawan yang telah bekerja dengan penanya telah menuai sukses besar dengan berbagai karya. Sebut saja novelis Jenar Maesya Ayu, Pramoedya Ananta Toer, N.H Dini yang sukses mengibarkan bendera karyanya hanya karena goresan tinta emasnya. Bukan hal mustahil jika muatan karya sastra yang diajarkan baik di sekolah maupun perguruan tinggi utamannya program studi sastra dan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia mengacu pada hasil akhir karya sastra. Tidak hanya novel yang mendapat perhatian serius bagi para siswa dan mahasiswa, tetapi juga cerpen, drama, serta puisi yang selalu digarap dan mendapat perhatian serius ketika mereka mendapatkan materi tentang sastra. Sebuah mimpi yang tidak muluk-muluk jika sebagai pengajar sastra menginginkan peserta didiknya mampu menelurkan karya sastra itu sendiri, bukan hanya mengkonsumsinya. Materi sastra diharapkan bisa membina peserta didik untuk mampu bersaing dalam pasar global. Berkaca dari dunia perfilman ternyata lagi-lagi sukses dari sastra. Hanung Bramantyo sebagai sutradara ternama pun banyak memutar film yang diilhami dari novel. Karya spektakuler Hanung ditunjukkan lewat film AYAT-AYAT CINTA (2008), sebuah film religi yang diangkat dari novel sukses karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul yang sama. Sama halnya pada tahun ini (2012), film “Perahu Kertas” yang diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari (Dee) itu juga melibatkan sutradara Hanung Bramantyo. “Perahu Kertas” mendapat tempat khusus dalam pemasaran, karena menjadi film yang ditunggu-tunggu, menyusul novelnya yang sukses di pasaran. Kirannya sebuah solusi untuk menggugah prestasi anak bangsa dalam dunia sastra harus dimulai di meja pendidikan. Bayangkan saja, ternyata berdasarkan survei bahwa penulis-penulis sastra andal dan produser film itu sedikit yang berlatar belakang pendidikan sastra. Bayangkan saja sebenarnya betapa kompleksnya mata kuliah sastra yang telah diajarkan dalam perkulihan, mulai dari teori sastra, sajarah sastra, kritik sastra, apresiasi puisi, apresiasi prosa, apresiasi drama, pengkajian puisi, pengkajian prosa, pengkajian drama, bahkan penyutradaraan. Nah, melalui kurikulum yang sudah disiapkan pada program studi sastra maupun pendidikan bahasa dan sastra yang sebenarnya teori-teori tentang sastra jauh lebih dikuasai dibanding yang tidak megenyam pendidikan sastra. Permasalahannya adalah mengapa setelah mendapat berbagai ilmu sastra, peserta didik tidak dapat menelurkan karyannya yang sukses di pasaran? Pembenahan yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan rangsangan kepada mahasiswa sastra untuk berkarya dan berusaha menerbitkannya melalui penerbit terpercaya, tentunya harus melalui seleksi dari penerbit itu sendiri, kemudian melalui redaksi koran, tabloid dan majalah. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendukung kualitas menulis sastra, antara lain: seorang penulis harus mempersiapkan dirinya; selanjutnya memfokuskan diri pada genre yang akan ditulis (puisi, drama, cerpen, atau novel); setelah karya terbentuk segeralah mencari akses penerbit atau dilombakan. Dengan demikian pembelajaran sastra di meja pendidikan akan meninggalkan bekas, yakni menggiring pengarang-pengarang muda yang digemari masyarakat dan pada akhirnya kualitas sastra anak negeri ini bisa diberangkatkan melalui pendidikan. Kata kunci: Karya Sastra dan Media Pembangun Budaya Bangsa |
Gambar Sampul | |
Lampiran | LOADING LIST... |
Ketersediaan | LOADING LIST... |
Kembali ke sebelumnya |